Selasa, 17 April 2012

Sosialisasi

Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya. Berikut pengertian sosialisasi menurut para ahli
1. Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.
2. Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
3. Paul B. Horton
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
4. Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru.
Sosialisasi dapat terjadi melalui interaksi social secara langsung ataupun tidak langsung. Proses sosialisasi dapat berlangsung melalui kelompok social, seperti keluarga, teman sepermainan dan sekolah, lingkungan kerja, maupun media massa. Adapun media yang dapat menjadi ajang sosialisasi adalah keluarga, sekolah, teman bermain media massa dan lingkungan kerja.
a. Keluarga
Pertama-tama yang dikenal oleh anak-anak adalah ibunya, bapaknya dan saudara-saudaranya. Kebijaksanaan orangtua yang baik dalam proses sosialisasi anak, antara lain :
1. berusaha dekat dengan anak-anaknya
2. mengawasi dan mengendalikan secara wajar agar anak tidak merasa tertekan
3. mendorong agar anak mampu membedakan benar dan salah, baik dan buruk
4. memberikan keteladanan yang baik
5. menasihati anak-anak jika melakukan kesalahan-kesalahan dan tidak menjatuhkan hukuman di luar batas kejawaran.
6. menanamkan nilai-nilai religi baik dengan mempelajari agama maupun menerapkan ibadah dalam keluarga.
b. Sekolah
Pendidikan di sekolah merupakan wahana sosialisasi sekunder dan merupakan tempat berlangsungnya proses sosialisasi secara formal. Robert Dreeben berpendapat bahwa yang dipelajari seorang anak di sekolah tidak hanya membaca, menulis, dan berhitung saja namun juga mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme (universal) dan kekhasan / spesifitas (specifity).
c. Teman bermain (kelompok bermain)
Kelompok bermain mempunyai pengaruh besar dan berperan kuat dalam pembentukan kepribadian anak. Dalam kelompok bermain anak akan belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya. Puncak pengaruh teman bermain adalah masa remaja. Para remaja berusaha untuk melaksanakan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku bagi kelompoknya itu berbeda dengan nilai yang berlaku pada keluarganya, sehingga timbul konflik antara anak dengan anggota keluarganya. Hal ini terjadi apabila para remaja lebih taat kepada nilai dan norma kelompoknya.
d. Media Massa
Media massa seperti media cetak, (surat kabar, majalah, tabloid) maupun media elektronik (televisi, radio, film dan video). Besarnya pengaruh media massa sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Contoh :
1) adegan-adegan yang berbau pornografi telah mengikis moralitas dan meningkatkan pelanggaran susila di dalam masyarakat
2) penayangan berita-berita peperangan, film-film, dengan adegan kekerasan atau sadisme diyakini telah banyak memicu peningkatan perilaku agresif pada anak-anak yang menonton.
3) Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.
e. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan media sosialisasi yang terakhir cukup kuat, dan efektif mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang.
1) Lingkungan kerja dalam panti asuhan
Orang yang bekerja di lingkungan panti asuhan lama kelamaan terbentuk kepribadian dengan tipe memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, sabar dan penuh rasa toleransi.
2) Lingkungan kerja dalam perbankan
Lingkungan ini dapat membuat seseorang menjadi sangat penuh perhitungan terutama terhadap hal-hal yang bersifat material dan uang.
Faktor-faktor interaksi sosial
1. Imitasi
Imitasi adalah proses social atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui sikap, penampilan atau gaya hidup, bahkan apa saja yang dimiliki orang lain.
Contoh :
a. Dalam lingkungan keluarga
Contohnya : cara berbicara, cara berpakaian
b. Dalam lingkungan masyarakat
Contohnya : Gaya rambut dan pakaian. Faktor-faktor yang mempercepat proses imitasi.
a. media audio visual seperti radio, dan televisi serta media cetak (Koran, majalah).
b. Makin kompleksnya masyarakat dan makin tingginya interaksi social.
2. Sugesti
Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, atau stimulasi yang diberikan oleh seorang individu kepada individu lainnya, sehingga orang yang diberi sugesti melaksanakan apa yang disugestikannya tanpa berpikir lagi secara kritis dan rasional. Sugesti terbentuk berasal dari orang-orang yang memiliki wibawa, kekuasaan, maupun pengaruh besar, dalam lingkungan social. Misalnya ulama, ketua adapt, cendikiawan, sesepuh kampung, dan sebagainya.
Sugesti akan berlangsung cepat atau lambat dipengaruhi oleh hal-hal berikut :
a. Usia
b. Kemampuan intelektual
c. Keadaan fisik
d. Kepribadian
Orang untuk tersugesti diantaranya sebagai berikut :
a. Kurang bersikap kritis
b. Berpendidikan rendah
c. Pemberi sugesti mempunyai otoritas. Contohnya nasihat ulama akan lebih didengar dan dipatuhi dari pada nasihat tokoh intelektual.
d. Orang yang dalam keadaan ragu-ragu.
3. Identifikasi
4. Simpati
5. Empati
6. Motivasi

Sosiologi Bagi Masyarakat

Bicara eksistensi maka bicara popularitas di masyarakat. Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya teman, dan logos dari kata Yunani yang berarti cerita, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat baru lahir kemudian di Eropa.
Menurut Pitriam Sorokin, Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.

Terkait dengan eksistensinya di masyarakat. Kalau di tahun-tahun sebelumnya Sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang belum begitu eksis dibanding ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Yaitu seperti Matematika, sejarah Geografi dan lain sebagainya. Ini disebabkan karena tenaga pendidiknya yang masih jarang dari ilmu sosiologi. Dalam ilmu pendidikan, sosiologi baru dipelajari ketika kita duduk dibangku SMA. Namun, seiring dengan perkembangan zaman sosiologipun ditahun 2008/2009 itu sudah dipelajari sejak SMP. Ini berarti ilmu sosiologi semakin berkembang dan semakin eksis didalam di masyarakat sebab ilmu sosiologi merupakan ilmu yang sangat menarik untuk dipelajari. Apa yang kita dapat dari ilmu sosiologi bias kita aktualisasikan ke kedupan msyarakat. Setidaknya kita tidak begitu susah untuk berintraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat lainnya. Gejala-gejala social yang ada di dalam masyarkatpun kita menjadi tahu sedikit demi sedikit.
Pada ilmu sosiologi ini terdapat tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumya. Ini dikemukan oleh comte selaku bapak sosiologi. Tiga tahapan itu adalah :
  1. Tahap teologis; adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia.
  2. Tahap metafisis; pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam.
  3. Tahap positif; adalah tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah.
Banyak manfaat yang kita dapat dari mempelajari sosiologi. Seperti tiga tahapan yang dikemukan comte tersebut, itu merupakan gambaran tentang manusia sebagai makhluk social. Sebagai makhluk social kita sudah sewajarnya untuk mempelajari, memahami dan mengerti tentang sosiologi.